Duka Dara

Ini ada sebuah cerita bersambung yang dibuat oleh 3 sahabat blogger untuk diikut sertakan pada pagelaran Kecubung 3 Warna.
Cerita kedua ini lanjutan dari cerita pertama yang di buat oleh mbak Susi yang berjudul Obat Duka Dara (ODD).



Dara tertunduk tanpa berani menatap wajah mama yang murka. Sekali-kali dia mencuri pandang ke arah Mbok Surti dan Tina yang juga menunduk dan pucat di bawah tudingan mama. Dara merasa takut sekali. Inikah akhirnya?

Tiba-tiba Papa datang dengan tergopoh-gopoh karena mendengar ribut-ribut dari dalam rumah.
Loh…loh ada apa ini? Mama kenapa membentak bentak seperti itu?” Tanya papa yang tiba-tiba telah berada di dalam kamar.
Ini loh Pa mereka sudah mencuri semua perhiasan mama” kata mama sambil berusaha menahan amarahnya.
Mama yakin mereka yang mencuri? Jangan main tuduh sembarangan, tidak bagus” Kata papa pelan.
Mama dan Dara sudah mencari ke semua penjuru rumah. Benarkan Dara?” kata mama sambil menengok ke arah Dara yang tertunduk yang sedang pusing. “Pokoknya mama akan melaporkan mereka pada Polisi” Ancam Mama.

Tunggu dulu , sebaiknya kita selesaikan dulu masalah ini secara kekeluargaan Ma. Mereka orang-orang yang jujur, rasanya papa tidak percaya mereka sanggup melakukannya” jelas papa.
Lantas siapa yang mencurinya? Dara! mengapa kamu diam saja dari tadi? Atau kamu tau siapa yang mencurinya” Tanya mama
Hmm…. Hmm…” Dara bingung untuk menjawabnya. Keringat dingin mulai keluar dari sekujur tubuhnya. Pelan tapi pasti, Dara mulai merasakan efek yang sama seperti ketika putus obat minggu lalu. Mungkinkah?
A….a…akkku tidak tau ma” jawab Dara gemetar.
Sudah…sudah…sebaiknya kita cari sekali lagi perhiasan mama di dalam rumah” Ajak papa. “Bi Surti dan Tina sebaiknya kalian ikut mencari juga” ujar papa. Papa meletakkan tasnya. “Mbok, sebelum mencari, tolong ambilkan tehku dulu. Letakkan di teras seperti biasa. Masa baru pulang sudah di sambut kehebohan seperti ini.” Kata papa sambil tersenyum.
Dara yang melihat senyum papa semakin gelisah. Ah, papa yang selalu bersikap bijaksana. Papa tidak mau asal menuduh karena tidak ada bukti yang kuat.
Dara ijin ke kamar, Pa, Ma.
Baiklah sayang.” Kata papa. Mama yang masih marah dan gelisah hanya menganggukkan kepala.


**************************
Teras Rumah

Mama dan papa menikmati teh hangat dan sepiring brownies di teras. Mereka tampak serius sekali. Mama dan Papa sedang berbicara mengenai keanehan Dara belakangan ini.

Pa, perhatikan Dara deh, sepertinya ada yang tidak biasa dengan Dara akhir-akhir ini” kata mama.
Maksud mama?” Tanya papa
Dara terlihat lebih kurus sekarang pa, belum lagi dia selalu menghindari kita, walaupun hanya untuk berbincang-bincang sebentar.” Mama berhenti sebentar. Dia ragu apakah akan meneruskan kegelisahannya. “Mama juga mendapat informasi dari wali kelasnya di sekolah bahwa Dara selalu terlihat mengantuk dan tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan padanya” lanjut mama.
Mungkin Dara sedang ada masalah Ma, sebaiknya nanti kita tanyakan saja pelan-pelan jangan sampai Dara merasa tersinggung”, ujar papa
Papa merasa kita juga kurang memperhatikan Dara belakangan ini karena kesibukan-kesibukan kita. Mama, sebagai wanita mungkin bisa lebih memperhatikan Dara jika berada di rumah” pinta Papa.
Mama mengerutkan keningnya karena agak tersinggung dengan ucapan papa yang mengatakan dia kurang memperhatikan Dara, puteri mereka satu-satunya.


*****************************
Kamar Dara

Badan Dara semakin gemetar. Detak jantungnya tidak menentu. Hari semakin malam dan Dara sudah tidak kuat menahan keinginannya untuk menelan sebutir pil ODD lagi. Kehebohan sore ini membuatnya lupa dengan janji bertemu Dodi di taman karena persediaan ODD-nya telah habis. Dara membuka tas dan mengambil liontin mama yang sesore tadi mereka cari. Beruntung tidak ada yang usul mencari liontin hilang itu di kamar Dara. Jika itu terjadi, Dara bergidik ngeri.
Dara berusaha menggapai telepon genggamnya untuk menelpon Dody.
Wajah Dara semakin memerah dan tidak sengaja dia menjatuhkan gelas yang berada di meja.
Mbok Surti yang mendengar suara gelas pecah segera berlari menuju kamar Dara, dan mendapati Dara sedang meringkuk di sebelah tempat tidur dengan badan bermandikan air keringat dan gemetaran.

Bi Surti langsung berteriak memanggil Tina. ”Tina…Tina cepat panggil bapak dan ibu….non Dara…non Dara” teriak mbok Surti cemas.
Tina bergegas menuju teras dan melaporkan keadaan Dara.
Pak, Bu….maaf… Non Dara …. Di kamarnya ….” lapor Tina. Mama dan Papa langsung berlari menuju kamar Dara.

Daraaaaa….!” Teriak mama kaget melihat keadaan dara. “Ada apa ini, Dara…? Bangun nak…bangun…, kamu kenapa?” mama makin cemas setelah melihat keadaan Dara yang gemetaran dan matanya agak melotot. Seketika tubuh Dara kejang-kejang dan tanpa sengaja papa melihat sebuah benda berkilau di genggaman tangan kanan Dara.
Ma, bukan kah ini liontin yang mama cari?” Tanya papa pada mama.
Mama kaget melihatnya arah yang ditunjuk papa.. “Dara kenapa perhiasan ini ada pada kamu?” Tanya Mama.
Dara tidak menjawab. Dia hanya memalingkan muka dan memejamkan mata. Wajah pucatnya semakin pasi dan airmata merebak di sudut mata.

Kamar Dara yang mendadak sunyi karena terkuak rahasia semua kehebohan sore tadi tiba-tiba dikejutkan kehadiran Dody yang masuk ke kamar Dara seperti biasanya sambil berkata ”Dara, ini pil yang kamu minta, kamu sudah menyiapkan uangnya kan? Kutunggu dari tadi di tadi". Dody terperangah melihat kedua orang tua Dara berada di kamar Dara. Dody yang terkejut dan berniat melarikan diri segera keluar dari kamar Dara namun papa dengan sigap mencegah Dody. Dan merebut bungkusan kecil di tangan Dody.
Pil apa ini Dody? Mengapa kamu memberikannya pada Dara?” Tanya Papa.
Tapi Dody berhasil melarikan diri dan Dara pun ketakutan. Takut ketahuan orang tuanya bahwa dia sudah kecanduan, takut karena sudah mencuri perhiasan mama.


************************
Rumah Sakit

Papa dan Mama dipanggil ke ruangan dokter Budi. Mereka masuk sambil bertanya-tanya dalam hati mereka ada apakah gerangan dengan puteri kesayangan mereka.
Silahkan Masuk, Pak, Bu” Pinta Dokter
Mama sudah tidak sabar bertanya “Ada apa sebenarnya dengan Dara, anak kami dok?” Tanya mama.
Begini pak, bu,…setelah kami melakukan tes urine dan tes lainnya, puteri bapak-ibu kami nyatakan ada masalah dengan ketergantungan Napza” Terang dokter.
Apa itu Napza dok?” Tanya Papa
Napza adalah Narkotik, Psikoterapi dan Zat Adiktif lainnya.” ujar dokter Budi. Dengan sabar dokter muda itu menjelaskan apa yang terjadi pada Dara dan pil apa yang dia konsumsi. Papa dan Mama terlihat shock ketika mendengar penjelasan dokter. Sesekali Mama menghapus air matanya.
Apa tidak salah diagnosa dok?” Tanya papa
Bagaimana mungkin puteri kami yang baik bisa terlibat dengan narkoba?” Papa seakan tidak percaya dengan apa yang dialami Dara.
Kami akan membatu puteri bapak dan ibu untuk melepaskan diri dari ketergantungan dari Napza” Jelas dokter Budi.
Sebaiknya Dara bapak dimasukkan ke rumah sakit rehabilitasi khusus untuk para penderita Napza di rumah sakit Dharmawangsa contohnya, biasanya akan diberikan obat sesuai dengan dosis penderita, namun penghentian penggunaan obat tersebut kadang-kadang dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan, seperti sakit otot sebelah dalam (nyeri tulang). Juga akan merasa kalap dan sulit tidur. Dokter Ratno, kolega saya nanti akan jelaskan hal-hal yang perlu bapak ketahui serta resikonya
Terang dokter Budi.

Mama dan Papa dengan khusyu mendengarkan penjelasan dokter. Penyesalan mendalam dirasakan Mama dan dia tidak sabar ingin menemui Dara. Ingin memeluknya erat. Mama tidak sanggup membayangkan penderitaan yang harus ditanggung Dara jika ingin putus dari ketergantungannya.
Dok , bisakah kita melihat puteri kami sekarang?” Tanya mama.
Tentu saja boleh bu, sebaiknya sebagai orang tua memberikan dukungan moral kepada Dara, karena biasanya penderita Napza tidak dapat menyembuhkan dirinya sendiri, bantuan dari keluarga terdekatnya sangatlah membantu” Jelas dokter Budi lagi.

Mama dan Papa masuk keruangan langsung memeluk Dara. Dara yang masih menangis karena penyesalan dan ketakutan terkejut sekali dengan reaksi mama papanya. Dara membalas pelukan mama-papa dengan erat. “Maaf mama … papa … Dara ….” Dara tak mampu lagi mengatakan apa-apa.
Mama mencium Dara dan mempererat pelukannya sambil berkata “Semua akan baik-baik saja sayang. Maafkan kami. Kami sayang Dara Kuatkan dirimu, nak. Mama-Papa akan selalu ada untukmu. Jangan pernah menyerah”.
Dara merasakan kehangatan yang berbeda di dada. Hangat yang seperti matahari, menyinari kegelapan hatinya. Ternyata mama papa menyayanginya. Dara berjanji dalam hati akan berhenti meminum ODD, apapun yang terjadi.

Sebuah lagu yang mengalun lembut mengejutkan mereka bertiga. Samar-samar di kamar sebelah, sebuah lagu lama Katon terdengar.

kulihat mendung menghalangi pancaran wajahmu
tak terbiasa kudapati terdiam mendura
apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
sekilas kilau mata ingin berbagi cerita

kudatang sahabat bagi jiwa
saat batin merintih
usah kau lara sendiri
masih ada asa tersisa


(Usah Kau Lara Sendiri-Katon Bagaskara)

Bagaimanakah Nasib Dara selanjutnya? Apakah Dara akan mengakui semua kesalahannya pada orang tuanya? Bagaimana nasib Mbok Surti dan Tina?
Jangan lewatkan cerita selanjutnya yang akan diceritakan Bundit .

Doakan group kami ya :)


Artikel ini diikutsertakan dalam Pagelaran Kecubung 3 Warna di newblogcamp.com


Post a Comment

31 Comments

  1. Wah, menarik...
    Semoga sukses ya, Bu.

    Salam

    ReplyDelete
  2. wah, keren...nggak sabar nieh tunggu kelanjutannya dari bundit dan mbak lidya :) semota sukses dengan trio-nya yah mbak lidya :)

    ReplyDelete
  3. nambah nieh mbak lid : mbak lidya gaya bahasa cerpennya OK punya, :semoga sukses yah mbak...berarti closingnya sama bundit yah...sip meluncur nge cek...:)

    ReplyDelete
  4. tinggal menunggu versi novel nya aja. sip success yah. di tunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  5. happy ending-lah kalau mau ditebak akhir cerita,

    ReplyDelete
  6. bagus banget mb ceritanya...hmm akhirnya kira2 gimana ya..sad or happy ending?hehe..lets wait the next one...

    ReplyDelete
  7. Sip. Tinggal nunggu cerita Bundit, ya.
    Ayo, Bundit. Semangat bikinnya, ya.
    Tiga jempol untuk kita bertiga.

    ReplyDelete
  8. Mbak Lidya, aku langsung ngebut nih. Barusan kurilis cerita bagian akhirnya hehehe. Good luck for us ya... :D

    ReplyDelete
  9. hiks...aku nangis mbak bacanya...betapa tegar ya ortu dara, tdk serta merta menyalahkan anaknya..tp mau mengerti di balik kesalahan anaknya...

    ReplyDelete
  10. belom baca .. kepanjaaangaaan .. :) ntar balik lagi dah .. pak de pinter ya masang masanginnya .. rata 2 anggota groupnya punya kesamaan karakter deh kayaknya *sotoy mode on * hihihi

    ReplyDelete
  11. @ Bunda Farras, yg pilinh pasangan kita sendiri, bukan pakdhe heheh...

    Mbak Lidya, mo koreksi dikit boleh...di awal alinia koq ditulisnya Dita? bukan dara yachh??

    keren bun ceritanya...mengharu biru.....

    ReplyDelete
  12. kok kecubung tiga warna? kecubung satu warna saja bikin orang mabok seharian, ini tiga warna...bener-bener

    ReplyDelete
  13. Uhuk...orang tua memang selalu memafkan ya mba Lid. Sukses yaa ;)

    ReplyDelete
  14. semoga sukses lombanya yah mbak..

    ReplyDelete
  15. Bagus teh ceritanya. Gw semalem baca tapi mo komen Zahia keburu bangun minta nenen. Sukses yah :-)

    Btw gw ada posting buat lombanya CalVin. Daptarnya dimari boleh ga??

    Ni link nya Teh :

    http://keluargazulfadhli.blogspot.com/2011/03/setting-percakapan-telepon-antara-jeng.html

    ReplyDelete
  16. semoga sukses lombanya yah mbak..

    ReplyDelete
  17. weitsss, jago juga nulis cerpen .. good luck !

    ReplyDelete
  18. Bagus ceritanya mbak... mengangkat topik yg perlu perhatian saat ini : ketergantungan napza. semoga menang ya...

    ReplyDelete
  19. heran deh,kok semua pinter2 buat fiksi ya? kenapa aku susah banget buatnya? hehehe

    ReplyDelete
  20. Terima kasih tante, udah nyempetin mampir ke blog shasa. :D

    ReplyDelete
  21. Semoga Duka Dara menang tante. Amin.

    ReplyDelete
  22. Dooh Dara. . Kenapa kau mau pake obat obatan itu, oang yang sudah kecanduan aj susah setengah mati mau berhenti make.
    Dara. . Dara.. . Semoga kau lekas sembuh ya.

    Sukses buat kontesnya Mbak.

    Salam.. .

    ReplyDelete
  23. semoga sukses dengan RILIS nya mba , kerennn ;)

    ReplyDelete
  24. wah smp merinding aku bacanya mba lidya... keren nih ceritanya... :)

    ReplyDelete
  25. Bagaimanapun, orangtua adalah sahabat terdekat dan tumpuan bagi anak-anak, kejujuran dan kepercayaan pada orangtua membuat anak percaya diri dan takut melakukan hal-hal yang tidak baik...

    walaupun agak terlambat, Juri Kecub datang,, untuk mengecup karya para peserta,, mencatat di buku besar,, semoga dapat mengambil hikmah setiap karya dan menyebarkannya pada semua

    sukses peserta kecubung 3 warna.. :)

    ReplyDelete
  26. Mbak, saya jadi pengen nangis bacanya... Untung setelah baca lanjutannya di tempat Bundit jadi senyum lagi deh, hehe..

    sukses ya mbak :)

    ReplyDelete
  27. tiba2 langsung baca yang ke dua
    mo ke tkp ke satu ah

    ReplyDelete
  28. Suara lagu itu, sanggup menelusuk ke dalam hati. Dara merasakan kasih sayang orang tuanya untuk segera bangkit dari keterpurukan

    ReplyDelete
  29. aku gak ikut Mbak
    heheheheee
    kurang pede menuliskan cerita bersambung gitu.

    hebat nih Mbak Lidya
    baguuus bagus

    ReplyDelete
  30. Hebat ! *plok plok*
    Mbak Lidya ternyata berbakat nulis cerbung. Sekarang mau lanjut ke tempat BunDit aaah.
    Semoga sukses Grup RiLiS

    ReplyDelete
  31. Jadilah sahabat bagi anak-anak kita dan bukan sekedar menjadi orang tua yang banyak menuntut.

    Kisah telah disimpan dalam memori untuk dinilai.
    Salam hangat selalu.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf semua komentar di moderasi ya