Lari Saja Nggak Cukup: Kenapa Strength Training Penting?

Sudah olahraga lari seminggu 3 sampai 4 kali, menjaga pola makan, tapi tubuh tetap merasa rapuh dan gampang capek. Apa yang salah ya?

Itu yang saya rasakan dulu waktu awal-awal memulai olahraga lari. Setiap kali lari tidak ada masalah, tubuh terasa ringan tidak ada keluhan tapi setelah beberapa kilometer terutama saat melakukan long run kok otot saya terasa menjerit, punggung pegal dan napas juga jadi ngos-ngosan.

strength training



Ternyata latihan lari saja secara rutin tidaklah cukup meskipun sudah berusaha keras. Bukan cuma soal berlari lebih cepat atau lebih lama, tapi tubuh saya butuh lebih. Saya butuh kekuatan. Kekuatan otot yang mendukung setiap gerakan, yang membantu saya bergerak lebih stabil dan tahan lama. Dan itulah kenapa saya akhirnya menemukan strength training, latihan yang mengubah segalanya.

Lari Saja Ternyata Tidak Cukup

Buat saya saat ini olahraga lari bukan sebagai beban tapi jadi kebutuhan untuk tetap bugar dan bisa aktif bergerak di hari tua nanti. Malah saat ini tidak ada beban apapun untuk melakukan olahraga lari. Biar gak bosan saat lari di pagi hari saya sambil mendengarkan playlist musik favorit di spotify biar lebih semangat sambil menghirup udara pagi yang segar, rasanya seperti recharge energi jiwa. Tapi semakin sering saya lari dan semakin serius saya ingin menjaga berat badan, saya mulai menyadari: lari saja nggak cukup. Saya butuh sesuatu yang bisa membuat tubuh saya lebih stabil, lebih kuat, dan nggak gampang cedera.

Setelah saya cari tahu ternyata olahraga strength training itu penting banget untuk mendukung hobi lari saya. Saya baru tahu, pas kita rajin kardio atau lagi fokus nurunin berat badan, massa otot bisa pelan-pelan berkurang kalau nggak dibarengi latihan otot.. Saya baru sadar, ternyata kalau otot kita makin berkurang, badan juga jadi gampang lemes, cepat capek, dan metabolisme juga jadi ikutan lemot. Pokoknya mulai saat itu saya gak mau lagi deh skip strength training.


Strength Training: Di Rumah dan di Gym

Awalnya saya mulai strength training di rumah atau bersama komunitas lari Dari yang simpel dulu: bodyweight workout seperti squat, push-up, plank, sampai lunges. Lama-lama saya juga beli dumbell dan kettlebell untuk berlatih strength di rumah seru juga olaharaga seperti ini.

Ternyata seru juga latihan dengan alat di rumah. Selain fleksibel waktunya, saya bisa putar musik favorit, atau nonton sambil latihan. Tapi ada kalanya saya ingin suasana beda, jadi saya juga rutin ke gym.
Di gym, saya mulai coba alat-alat beban seperti leg press, chest press, dan lat pulldown. Latihan di gym bikin saya lebih semangat karena suasana dan variasi alatnya lebih banyak.

Jadwal saya sekarang cukup seimbang:
  • Untuk lari saya tidak mau berlebihan cukup  3-4 kali seminggu terdiri dari latihan easy run, long run,interval dan recovery
  • Strength training di rumah  saya lakukan paling tidak 1 sampai 2 kali dalam seminggu menggunakan alat yang ada saja di rumah
  • Sedangkan untuk Strength training di gym saya luangkan waktu 1 atau 2 kali sesuai dengan


Manfaat yang Saya Rasakan

Setelah rutin strength training, lari saya jadi lebih ringan. Otot kaki, core, dan punggung terasa lebih stabil. Dulu kalau lari jauh, lutut suka ngilu atau pergelangan kaki capek. Sekarang keluhan itu jauh berkurang.
Bonus lainnya? Yang saya rasain sekarang, badan lebih padat dan kencang. Bukan cuma soal kurus, tapi paha, lengan, dan perut mulai ada bentuknya dan kelihatan lebih fit.. Postur tubuh juga membaik. Saat kerja di depan laptop, punggung nggak gampang pegal. Kalau harus angkat koper saat traveling, badan lebih siap.

Selain itu, saya juga jaga asupan protein agar pemulihan otot maksimal. Yang paling praktis sih makan telur rebus, tempe atau ayam yang bisa saya konsumsi. Yang bikin saya makin semangat, strength training juga berdampak baik untuk daya tahan dan metabolisme. Badan jadi kayak mesin yang lagi panas, kalori kebakar terus, dan tenaga buat aktivitas seharian juga nggak cepat habis.


Keseimbangan Itu Kunci

Dalam perjalanan ini, saya belajar: lari dan strength training saling melengkapi. Kalau dulu saya keasyikan lari terus, sekarang saya paham, ngelatih otot itu sama pentingnya..

Dan yang paling penting: jangan buru-buru. Semua butuh proses. Saya mulai dari gerakan sederhana, beban ringan, dan perlahan-lahan meningkat sesuai kemampuan. Kalau capek, saya istirahat. Selain itu saya juga selingi dengan olahraga yoga di tempat gym atau di rumah.

Saya juga rajin cek kesehatan, termasuk memantau gula darah dan metabolisme, apalagi saat ada target penurunan berat badan yang cukup serius beberapa waktu lalu. Ada beberapa orang yang memanfaatkan obat seperti Ozempic untuk membantu penurunan berat badan dan pengendalian gula darah, namun ini harus dilakukan dengan pengawasan dan konsultasi dengan dokter. Ozempic adalah obat yang membantu menurunkan berat badan dengan cara menurunkan rasa lapar dan memperbaiki kadar gula darah, yang pada akhirnya mendukung penurunan berat badan. Sebelum memutuskan untuk menggunakannya, penting untuk berbicara dengan dokter agar penggunaan obat ini sesuai dengan kondisi tubuh dan kebutuhan.

Olahraga tetap jadi bagian penting yang nggak bisa dilewatkan. Dengan pola makan sehat, kombinasi lari dan strength training, hasilnya bisa lebih optimal dan berkelanjutan.

Yang saya kejar sekarang bukan berat badan sekian kilo, tapi tubuh yang kuat, lincah, dan nyaman buat beraktivitas setiap hari. Ini tentang bagaimana tubuh saya bisa diajak lari, angkat, bergerak, dan menikmati hidup dengan lebih ringan, lebih kuat, dan lebih bahagia.

Kalau kamu juga suka lari, atau baru mau mulai mencoba strength training, yuk kita sama-sama jaga badan kita supaya nggak cuma kurus, tapi juga kuat dan bertenaga!

 Mulai aja dulu dari yang sederhana. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi terbiasa. Percaya deh, tubuh kita akan berterima kasih nanti.


Post a Comment

0 Comments