Kadang yang paling sulit bukan menaklukkan jarak di depan mata, tapi membungkam suara dalam diri sendiri yang berkata: “Kayaknya kamu gak akan sanggup.”
Tapi nyatanya, satu-satunya cara untuk menjawab suara itu… adalah terus melangkah.
Bukan untuk jadi yang tercepat.
Bukan juga untuk membuktikan ke dunia.
Tapi untuk satu hal yang lebih besar: membuktikan ke diri sendiri bahwa kamu tidak menyerah.
Saya percaya satu hal: kita gak harus lari paling cepat. Tapi kita gak boleh berhenti.
BTN JAKIM 2025: Janji untuk Diri Sendiri
Tahun ini, saya dan suami sepakat ikut BTN Jakarta International Marathon 2025. Dari masa early bird kami sudah daftar: saya ambil Half Marathon, suami ambil Full Marathon. Ikut race kategori besar seperti ini buat kami bukan sekadar ajang, tapi semacam ritual. Sekali dalam setahun, kami menantang diri lebih jauh, agar hidup gak melulu soal rutinitas.
Tapi saya tahu betul, lari sejauh itu gak bisa cuma modal semangat. Harus ada latihan yang konsisten dan terarah.
Target PB, Temukan Program yang Tepat
Karena HM ini bukan yang pertama, saya punya target PB (personal best)—ingin finish di waktu 2 jam 30 menit.
Saya mulai mencari program latihan yang bisa mendekatkan saya ke angka itu. Sampai akhirnya saya lihat pengumuman dari komunitas 910 Runners Jakarta. Mereka membuka program latihan 12 minggu bersama Coach Puntadewa, bertajuk Defy The Distance - Taklikan Jarakmu Sendiri. Dan saya tahu… ini kesempatan yang terlalu berharga untuk dilewatkan.
12 Minggu: Disiplin, Cerita, dan Langkah yang Menguatkan
Sebagai anak pagi, saya paling suka latihan saat dunia baru terbangun. Langkah terasa ringan, pikiran pun jernih.
Program dari Coach Punta saya ikuti hampir seluruhnya. Kadang saya sesuaikan jadwal, tapi niatnya tetap utuh. Hanya satu sesi terakhir yang terlewat itu pun karena harus jaga kondisi menjelang race.
Yang membuat program ini spesial adalah kehadiran komunitas. Walaupun banyak latihan saya jalani sendiri, saya gak pernah merasa benar-benar sendiri. Setiap laporan dari teman-teman, setiap komentar, candaan, dan semangat di grup itu semua seperti pelari bayangan yang ikut menemani. Kami memang tidak selalu berlari bersama, tapi kami sama-sama berjuang menaklukkan jarak… versi kami masing-masing.
Race Day: Sebuah Dialog dengan Diri Sendiri
Akhirnya, tibalah hari itu: 29 Juni 2025. BTN Jakarta International Marathon. Saya dan suami berangkat bareng, tapi sejak start kami mengambil jalur masing-masing.
Ia di kategori Full Marathon, saya di Half. Dua misi berbeda, tapi satu semangat: menyelesaikan dengan hati.
Saya ingat pesan Coach Puntai intinya jangan terburu-buru di awal. Stabilkan pace, jaga tenaga, lalu gas di akhir. Dan sejak kilometer pertama, saya benar-benar menahan ego. Berlari dalam ritme, menata napas, menyimpan tenaga untuk nanti.
Tapi memasuki kilometer 18 menuju 19, langkah saya mulai berat. Kecepatan perlahan turun, kaki mulai bicara, “sudah cukup belum?” Dan saat itu, saya melihat teman-teman komunitas menyemangati dari pinggir jalan. Fotografer juga mulai standby. Langsung semangat saya naik! Masa difoto kelihatan lelah? Hahaha.
Saya percepat pace, mulai push. Ini bagian terbaiknya: ketika tubuh hampir menyerah, tapi hati memilih untuk terus melangkah. Kilometer terakhir saya dorong sekuatnya, dan ketika akhirnya saya melintasi garis finish, saya melihat jam: 2 jam 21 menit.
Lebih cepat dari target 2:30. Saya tersenyum, menengadah ke langit bukan hanya karena finish, tapi karena berhasil mempercayai proses.
Latihan yang Mengubah Saya
Dari program ini, saya tidak hanya dapat waktu terbaik, tapi juga pemahaman baru tentang tubuh, tentang hati, dan tentang konsistensi. Saya belajar untuk peka, untuk mendengarkan, dan untuk tidak memaksa.
Dan ajaibnya, saat sesi latihan santai 5K, saya juga pecah PB: 27 menit.
Latihan teratur memang membawa hasil, kadang di saat tak disangka-sangka. Coach Punta memberi ruang untuk adaptasi. Disiplin iya, tapi tetap penuh welas asih pada tubuh sendiri. Dan itu membuat saya merasa bukan sekadar jadi pelari tapi jadi pribadi yang lebih utuh.
910 Runners: Bukan Sekadar Komunitas
Saya benar-benar terkesan dengan 910 Runners Jakarta. Program Defy The Distance ini gratis, terbuka untuk siapa saja yang mau belajar, dan dikemas secara profesional.
Lebih dari sekadar menu latihan, program ini mempertemukan saya dengan orang-orang yang punya semangat sama.
Kami saling dorong, saling semangati, dan pelan-pelan jadi akrab lewat cerita-cerita kecil soal lari.
Saya bangga akan brand sepatu lokal 910, yang kualitasnya gak kalah dari brand internasional. Atlet 910 pun banyak yang tembus podium besar, termasuk di JAKIM tahun ini. Kualitas dan komitmen mereka benar-benar terasa.
Terima Kasih yang Tulus
Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk:
- 910 Shoes,
- Coach Puntadewa,
- Capten Diki dan Co-Capten Aceng
- 910 Runners Jakarta
- 910 Runners
- serta seluruh teman-teman pelari di program ini.
Defy The Distance: Taklukan jarakmu sendiri bukan untuk jadi yang tercepat, tapi untuk membuktikan bahwa kamu tidak pernah berhenti melangkah.
Saya harap program-program seperti ini terus ada karena kami para pelari selalu butuh wadah untuk bertumbuh bersama.
Karena sejauh apa pun jarak yang harus ditempuh, yang terpenting adalah kita tidak pernah berhenti melangkah.
1 Comments
musuh terberat dalam hidup ini adalah melawan diri sendiri, terima kasih untuk diri ini yang sudah berani melawan kemustahilan yang ada dan terus melangkah hingga diri ini tidak mudah menyerah #terusmelangkah #janganberhenti
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf semua komentar di moderasi ya