"Aki..ngerokok terus nih, udah dua ya?" Teriak Alvin si sulung dari dalam rumah pada akinya (sebutan kakek dalam bahasa Sunda). Aki pun ngeles katanya mulutnya asam habis makan tadi.
Kejadian tersebut sudah cukup lama dan untungnya bapak saya gak marah sama cucunya. Oh ya bapak memang merokok sejak lama, walaupun dilakukan di luar rumah tetap saja kan masih tercium bau asap tersebut.
Mama dan anak-anaknya maunya sih bapak #putusinaja kebiasaan buruk tersebut. Berhasil sih paling beberapa saat, tapi nanti ada satu hal yang menjadi trigger dan kembali lagi. Padahal itu sangat membahayakan dirinya dan juga keluarga sebagai perokok pasif.
Seperti yang bapak saya sampaikan bahwa mulutnya asam kalau gak merokok, saya juga sering mendengar hal ini dari teman-teman kantor dulu, makanya para cowok selalu keluar kantor setelah makan siang dan janjian merokok barengan. Aneh ya, yang jelek malah dilakukan ramai-ramai :). Tapi itu hak mereka kok, salah juga kalau kita yang melarang toh uang yang digunakan juga milik mereka.
Siapapun tahu kalau rokok itu membahayakan dan mengandung racun tetapi banyak yang masih melakukannya karena kebiasaan dan susah untuk menghentikannya. Meskipun di dus rokok sudah dicantumkan bahaya merokok serta gambar penyakit yang disebabkan akibat merokok tapi masih banyak yang mengabaikannya. Sebetulnya karena niatnya saja kurang kuat ya.
Bahas tentang mulut yang asam atau pahit jika tidak merokok, hal ini disebabkan oleh kebiasaan merokok itu sendiri. Asam pada mulut justru menandakan bahwa seseorang memiliki kesehatan mulut yang tidak bagus yaitu adanya perubahan sistem saraf lidah untuk merasakan berbagai rasa seperti asin, manis, pahit, dan asam.
Karena kebiasaan merokok sejak lama maka akan mempengaruhi indera pengecap sehingga selalu merasakan mulut yang asam dan pahit.
Sejak kena teguran cucu-cucunya si kakek ini luluh juga lho. Bisa jadi karena malu atau memang benar-benar ingin berhenti. Apalagi saat ini sedang ada ancaman Covid-19 kami pun menyampaikan informasi bahaya merokok di masa pandemi melalui link artikel-artikel yang dikirimkan melalui Whatsapp Grup Keluarga.
Salah satu link artikel di kbr.id menyampaikan bahwa akan ada kenaikan tarif cukai rokok yang menyebabkan harga rokok akan melambung. Kami ingatkan kembali bapak sambil bercanda, daripada beli rokok mending beli makanan kesukaan cucunya aja. Gimana gak bikin kantong jebol coba kenaikan tarif cukai mencapai 23 persen dan otomatis akan menaikkan harga eceran rokok menjadi 35 persen.
Bicara soal KBR 20 Mei 2020 lalu saya mengikuti live streaming program radio Ruang Publik KBR di channel youtube : Berita KBR dengan tema "Rumah, Asap Rokok, dan Ancaman Covid-19". Pada bincang Topik Ruang Publik KBR tersebut menghadirkan dr. Frans Abednego Barus, Sp.P (dokter spesialis Paru) dan Nina Samidi sebagai Manager Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau.
Dalam perbincangan tersebut disampaikan bahwa menurut data Kementerian Kesehatan 2 tahun ini perokok aktif makin bertambah dan sedang diupayakan untuk mengendalikan tembakau di tengah pandemi yang sedang dihadapi karena jumlah pasien penyakit paru makin bertambah.
Menurut dr. Frans, Sp.P jumlah pasien penyakit paru ini juga semakin muda usianya, artinya makin banyak anak muda yang merokok. Untuk mengurangi angka penyakit paru pilihannya hanya berhenti merokok atau harus menanggung risikonya.
Ada yang bilang ganti aja rokoknya menjadi rokok elektrik, ini sama saja bohong karena bahaya rokok elektrik juga sama saja. dr Frans juga mengatakan kalau pake rokok elektrik sama saja dengan rokok pada umumnya mengandung nikotin hanya saja pada vape tidak mengandung tar dan codan berakibat terganggunya fungsi susunan saraf pusat serta kemampuan dalam berpikir.
Padahal jika sudah sakit bukan hanya si perokok saja yang menanggung resikonya bisa juga keluarganya yang harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk pengobatan.
Banyak masyarakat terutama mereka yang merokok beranggapan yang hidupnya sehat saja bisa tiba-tiba meninggal karena serangan jantung. Buktinya ada juga yang merokok hingga tua baik-baik saja. Stigma seperti ini masih berkembang di masyarakat, makanya banyak juga yang tidak percaya kalau perokok rentan kena covid-19
Secara langsung memang tidak ada hubungannya rokok dengan virus Corona, namun kelompok perokok paling rentang terinfeksi virus dengan derajat keparahan yang tinggi. Nah, pada perokok maka tangan akan lebih sering menyentuh bibir makanya bisa meningkatkan risiko berpindahnya virus dari tangan ke mulut apalagi kalau belum cuci tangan.
Selain itu paparan asap rokok juga bisa melemahkan saluran pernapasan dan menurunkan kekebalan tubuh dalam melawan kuman dan membuat perokok mudah mengalami infeksi dan komplikasi. Seperti yang kita ketahui bahwa Virus corona ini menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan infeksi paru.
Untuk itulah dr. Frans berharap pemerintah lebih serius dengan membuka mata dan telinga untuk menangani dan mengatasi perokok tersebut dengan mengendalikan tembakau secara ketat agar ada penurunan prevalensi perokok anak dan mencapai target Generasi Emas 2045.
Seperti yang kita ketahui bahwa pemerintah pernah mengeluarkan kampanye GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang bertujuan agar membudayakan masyarakat untuk hidup sehat dan meninggalkan kebiasaan serta perilaku yang kurang sehat.
Untuk itulah kampanye GERMAS perlu ditingkatkan lagi supaya menurunkan risiko penyebaran virus corona. Kita harus agresif dalam melakukan tindakan pencegahan yang dimulai dari rumah.
Jangan menyentuh mata, hidung, dan mulut jika tangan dalam keadaan kotor atau belum mencuci tangan
Dengan mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang dan mengolahnya dengan baik dan matang supaya kita bisa menjaga daya tahan tubuh supaya terhindar dari virus yang ada. Jangan lupa pula untuk memenuhi kebutuhan cairan yaitu dengan minum air putih paling tidak 8 gelas per hari.
Rajin membersihkan barang-barang yang sering digunakan karena virus bisa hidup di permukaan benda selama 24 jam. Mengerikan bukan kalau tidak dibersihkan dan benda tersebut tersentuh kana virus akan berpindah.
Menjaga kesehatan penting dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh kita lebih kuat di masa pandemi seperti saat ini. Walaupun di rumah aja sebaiknya hindari kegiatan SEDENTARI yaitu kegiatan yang dilakukan di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori yang sedikit contohnya rebahan atau duduk dalam waktu lama sambil ngemil.
Alhamdulillah di rumah tidak ada yang merokok saat ini. Jika masih ada anggota keluarga yang merokok inilah waktunya untuk berhenti selagi di rumah aja otomatis tidak akan bertemu dengan orang-orang yang membuatmu ingin merokok. Hal ini yang paling sulit biasanya.
Supaya mulut tidak asam dan pahit coba konsumsi jus, air putih atau mengunyah permen karet. Kalau masih belum bisa melakukan hal tersebut cobalah bernapas dalam-dalam dan melakukan aktivitas yang membuat kamu sibuk.
Semoga dari program Ruang Publik KBR ini pemerintah bisa mengambil langkah untuk mengendalikan tembakau sebagai salah satu cara penanganan covid-19.
Yuk, wujudkan rumah bebas asap rokok di masa pandemi covid-19 dari rumah kita sendiri dan berlanjut sampai kapan pun.
"Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB.
------------
Referensi:
https://kbr.id/nasional/01-2020/kenaikan_tarif_cukai_rokok_berlaku_mulai_hari_ini/101795.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/mulut-asam-tidak-merokok/
https://www.alodokter.com/alasan-mengapa-virus-corona-berbahaya-untuk-perokok
https://stoppneumonia.id/cegah-virus-corona-dengan-germas-gerakan-masyarakat-hidup-sehat/
Kejadian tersebut sudah cukup lama dan untungnya bapak saya gak marah sama cucunya. Oh ya bapak memang merokok sejak lama, walaupun dilakukan di luar rumah tetap saja kan masih tercium bau asap tersebut.
Mama dan anak-anaknya maunya sih bapak #putusinaja kebiasaan buruk tersebut. Berhasil sih paling beberapa saat, tapi nanti ada satu hal yang menjadi trigger dan kembali lagi. Padahal itu sangat membahayakan dirinya dan juga keluarga sebagai perokok pasif.
Penyebab Mulut Asam Kalau Tidak Merokok
Seperti yang bapak saya sampaikan bahwa mulutnya asam kalau gak merokok, saya juga sering mendengar hal ini dari teman-teman kantor dulu, makanya para cowok selalu keluar kantor setelah makan siang dan janjian merokok barengan. Aneh ya, yang jelek malah dilakukan ramai-ramai :). Tapi itu hak mereka kok, salah juga kalau kita yang melarang toh uang yang digunakan juga milik mereka.
Siapapun tahu kalau rokok itu membahayakan dan mengandung racun tetapi banyak yang masih melakukannya karena kebiasaan dan susah untuk menghentikannya. Meskipun di dus rokok sudah dicantumkan bahaya merokok serta gambar penyakit yang disebabkan akibat merokok tapi masih banyak yang mengabaikannya. Sebetulnya karena niatnya saja kurang kuat ya.
Bahas tentang mulut yang asam atau pahit jika tidak merokok, hal ini disebabkan oleh kebiasaan merokok itu sendiri. Asam pada mulut justru menandakan bahwa seseorang memiliki kesehatan mulut yang tidak bagus yaitu adanya perubahan sistem saraf lidah untuk merasakan berbagai rasa seperti asin, manis, pahit, dan asam.
Karena kebiasaan merokok sejak lama maka akan mempengaruhi indera pengecap sehingga selalu merasakan mulut yang asam dan pahit.
Sejak kena teguran cucu-cucunya si kakek ini luluh juga lho. Bisa jadi karena malu atau memang benar-benar ingin berhenti. Apalagi saat ini sedang ada ancaman Covid-19 kami pun menyampaikan informasi bahaya merokok di masa pandemi melalui link artikel-artikel yang dikirimkan melalui Whatsapp Grup Keluarga.
Salah satu link artikel di kbr.id menyampaikan bahwa akan ada kenaikan tarif cukai rokok yang menyebabkan harga rokok akan melambung. Kami ingatkan kembali bapak sambil bercanda, daripada beli rokok mending beli makanan kesukaan cucunya aja. Gimana gak bikin kantong jebol coba kenaikan tarif cukai mencapai 23 persen dan otomatis akan menaikkan harga eceran rokok menjadi 35 persen.
Rumah, Asap Rokok, dan Ancaman Covid-19
Bicara soal KBR 20 Mei 2020 lalu saya mengikuti live streaming program radio Ruang Publik KBR di channel youtube : Berita KBR dengan tema "Rumah, Asap Rokok, dan Ancaman Covid-19". Pada bincang Topik Ruang Publik KBR tersebut menghadirkan dr. Frans Abednego Barus, Sp.P (dokter spesialis Paru) dan Nina Samidi sebagai Manager Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau.
Dalam perbincangan tersebut disampaikan bahwa menurut data Kementerian Kesehatan 2 tahun ini perokok aktif makin bertambah dan sedang diupayakan untuk mengendalikan tembakau di tengah pandemi yang sedang dihadapi karena jumlah pasien penyakit paru makin bertambah.
Menurut dr. Frans, Sp.P jumlah pasien penyakit paru ini juga semakin muda usianya, artinya makin banyak anak muda yang merokok. Untuk mengurangi angka penyakit paru pilihannya hanya berhenti merokok atau harus menanggung risikonya.
Ada yang bilang ganti aja rokoknya menjadi rokok elektrik, ini sama saja bohong karena bahaya rokok elektrik juga sama saja. dr Frans juga mengatakan kalau pake rokok elektrik sama saja dengan rokok pada umumnya mengandung nikotin hanya saja pada vape tidak mengandung tar dan codan berakibat terganggunya fungsi susunan saraf pusat serta kemampuan dalam berpikir.
Padahal jika sudah sakit bukan hanya si perokok saja yang menanggung resikonya bisa juga keluarganya yang harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk pengobatan.
Banyak masyarakat terutama mereka yang merokok beranggapan yang hidupnya sehat saja bisa tiba-tiba meninggal karena serangan jantung. Buktinya ada juga yang merokok hingga tua baik-baik saja. Stigma seperti ini masih berkembang di masyarakat, makanya banyak juga yang tidak percaya kalau perokok rentan kena covid-19
Hubungannya merokok dengan covid-19?
Secara langsung memang tidak ada hubungannya rokok dengan virus Corona, namun kelompok perokok paling rentang terinfeksi virus dengan derajat keparahan yang tinggi. Nah, pada perokok maka tangan akan lebih sering menyentuh bibir makanya bisa meningkatkan risiko berpindahnya virus dari tangan ke mulut apalagi kalau belum cuci tangan.
Selain itu paparan asap rokok juga bisa melemahkan saluran pernapasan dan menurunkan kekebalan tubuh dalam melawan kuman dan membuat perokok mudah mengalami infeksi dan komplikasi. Seperti yang kita ketahui bahwa Virus corona ini menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan infeksi paru.
Untuk itulah dr. Frans berharap pemerintah lebih serius dengan membuka mata dan telinga untuk menangani dan mengatasi perokok tersebut dengan mengendalikan tembakau secara ketat agar ada penurunan prevalensi perokok anak dan mencapai target Generasi Emas 2045.
Tips Hadapi Ancaman Virus Corona di Rumah
Seperti yang kita ketahui bahwa pemerintah pernah mengeluarkan kampanye GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang bertujuan agar membudayakan masyarakat untuk hidup sehat dan meninggalkan kebiasaan serta perilaku yang kurang sehat.
Untuk itulah kampanye GERMAS perlu ditingkatkan lagi supaya menurunkan risiko penyebaran virus corona. Kita harus agresif dalam melakukan tindakan pencegahan yang dimulai dari rumah.
✅Cuci Tangan
Sering mencuci tangan paling tidak 20 detik menggunakan air mengalir dan sabun. Jika harus ke luar rumah usahakan membawa hand sanitizer. Selama di rumah wajib banget mencuci tangan sebelum makan dan masak serta setelah dari kamar mandi.Jangan menyentuh mata, hidung, dan mulut jika tangan dalam keadaan kotor atau belum mencuci tangan
✅Tetap Di Rumah
Sebisa mungkin semua kegiatan melakukan kegiatan di dalam rumah. Untuk itu diperlukan persediaan logistik seperti makanan dan obat-obatan pribadi yang mencukupi agar tidak terlalu sering ke luar rumah. Kalau pun harus keluar rumah jika penting saja serta tidak lupa memakai masker dan ganti pakaian setelah tibanya di rumah.
✅Menjaga Kesehatan dan Kebersihan
Dengan mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang dan mengolahnya dengan baik dan matang supaya kita bisa menjaga daya tahan tubuh supaya terhindar dari virus yang ada. Jangan lupa pula untuk memenuhi kebutuhan cairan yaitu dengan minum air putih paling tidak 8 gelas per hari.Rajin membersihkan barang-barang yang sering digunakan karena virus bisa hidup di permukaan benda selama 24 jam. Mengerikan bukan kalau tidak dibersihkan dan benda tersebut tersentuh kana virus akan berpindah.
Menjaga kesehatan penting dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh kita lebih kuat di masa pandemi seperti saat ini. Walaupun di rumah aja sebaiknya hindari kegiatan SEDENTARI yaitu kegiatan yang dilakukan di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori yang sedikit contohnya rebahan atau duduk dalam waktu lama sambil ngemil.
✅Tidak Merokok
Dalam kampanye GERMAS sendiri sudah diatur untuk tidak merokok bukan. Yuk, kita lakukan gerakan inisiasi rumah tanpa asap rokok di mulai dari rumah kita sendiri. Karena jika ada anggota keluarga yang merokok, kita akan menjadi golongan perokok pasif dan berisiko meningkatkan covid.Pemerintah sudah mengeluarkan aturan kawasan tanpa rokok seperti di tempat umum, tempat ibadah, kantor, rumah sakit, sekolah dan lainnya. Kini saatnya kita menerapkan aturan kawasan bebas asap rokok di rumah untuk kesehatan keluarga.
Alhamdulillah di rumah tidak ada yang merokok saat ini. Jika masih ada anggota keluarga yang merokok inilah waktunya untuk berhenti selagi di rumah aja otomatis tidak akan bertemu dengan orang-orang yang membuatmu ingin merokok. Hal ini yang paling sulit biasanya.
Supaya mulut tidak asam dan pahit coba konsumsi jus, air putih atau mengunyah permen karet. Kalau masih belum bisa melakukan hal tersebut cobalah bernapas dalam-dalam dan melakukan aktivitas yang membuat kamu sibuk.
✅Berdoa
Kalau semua hal di atas sudah dilakukan, jangan lupa untuk tetap waras dan tidak stres sambil berdoa agar pandemi ini segera berakhir.
Semoga dari program Ruang Publik KBR ini pemerintah bisa mengambil langkah untuk mengendalikan tembakau sebagai salah satu cara penanganan covid-19.
Yuk, wujudkan rumah bebas asap rokok di masa pandemi covid-19 dari rumah kita sendiri dan berlanjut sampai kapan pun.
"Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB.
------------
Referensi:
https://kbr.id/nasional/01-2020/kenaikan_tarif_cukai_rokok_berlaku_mulai_hari_ini/101795.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/mulut-asam-tidak-merokok/
https://www.alodokter.com/alasan-mengapa-virus-corona-berbahaya-untuk-perokok
https://stoppneumonia.id/cegah-virus-corona-dengan-germas-gerakan-masyarakat-hidup-sehat/
29 Comments
Kampanye Germas saya sangat setuju
ReplyDeleteKhususnya hal merokok, kalau bisa hindari dan hentikan
Duitnya kasih ke anak cucuk saja
Nah, soal merokok ini aku udah memasang larangan meroko sekitar rumah. Langsung disemprit kalo papanya si Olive mulai ngebul. Culup lirikan mata tajam udah paham banget, trs ngeroko di pos satpam wakakakka
ReplyDeleteSalah satu yang ku syukuri dalam hidupku suami aku bukan seorang perokok. Jadi di rumah bebas deh ama asap rokok dan sejak jadi emak-emak aku jadi berani negur orang yang ngerokok deket anak aku hahaha 😂. Sebenernya perokok itu harus lebih berhati-hati ya di tengah pandemi gini. Karena virusnya bisa nyerang banget ke paru-paru dan biasanya perokok itu suka bermasalah dengan paru-paru mereka. Semoga banyak yang berhenti ngerokok jadinya ya
ReplyDeleteStop rokok aku setuju mba.
ReplyDeleteIya ih walau merokok di luar rumah tetap asapnya tercium mba sampai rumah. Klo aku mah, kakak aku yg merokok. Males banget pusing baunya nggak tahan aku 😂
bisa jadi tantangan memang mengenai rokok, apalagi untuk yang habis makan tentu ada rasa asam. orang yang baru buka puasa pun juga pengennya langsung merokok hehe..
ReplyDeletealhamdulillah suamiku ga merokok tapi tetangga sebelah ada yang merokok, asapnya itu lho masuk ke tempatku. Tetap merokok di saat wabah corona ini malah rawan kena covid, kan. Baca penelitian, sakitnya malah bisa lebih parah, lho. Heuu ... lebih baik stop merokok deh.
ReplyDeleteMemang susah ya menyadarkan perokok untuk berhenti itu. Harus datang dari diri sendiri baru deh termotivasi. Semoga bacaan bermutu seperti ini dibaca para perokok ya...jd mereka berhenti merokok...
ReplyDeleteNah stigma soal orang sehat aja bisa mati karena serangan jantung, dan yang merokok umurnya panjang ini yang bikin anak muda suka ngeyel kalo dikasih tahu bahayanya merokok ya.
ReplyDeleteAlhamdulillah suami dan anak-anak nggak merokok. Tapi asap rokok tetangga masuk ke rumah kalo pintu depan nggak ditutup. Jadi rumahku pintunya selalu tutup terus
I hate smoke as well but my hubby at home is still smoking. So I ask him to do that outside
ReplyDeleteAlhamdulillah juga di rumahku enggak ada yang merokok, bahkan adik-adikku dan adik iparku yang cowok, enggak merokok.
ReplyDeleteSepakat banget, walau enggak ada hubungannya dengan Covid-19, merokok itu tetap dikurangi atau tidak sama sekali lah. Kasihan untuk sekitarnya.
Kalau bicara rokok, sesak napasku mbak lid, bapake anak-anak itu keras kepala, moga dapat hidayah :(
ReplyDeleteNah iya, harusnya momen rentannya perokok kena covid 19 ini jadi ajang mewujudkan rumah bebas rokok, ya. Para perokok berhenti untuk selamanya. Ya biar dirinya sehat, juga keluarga juga sehat.
ReplyDeleterokok ini kayak camilan bagi pengisapnya, jadi kalo nggak merokok mereka kayak orang lapar dan sanggup tidak makan demi rokok
ReplyDeleteSuamiku perokok, karena sadar gak bisa lepas dari rokok jadi blio sadar diri buat disiplin tiap pulang dari bengkel.
ReplyDeleteRitualnya lepas jaket, ganti baju, cuci tangan kaki muka sebersih mungkin. Baru deh ngedekatin anak.
Ini penting banget nih, bebas asap rokok. Alhamdulillah kalau di rumahku memang bebas asap rokok, tapi masih suka kesel kalau keluar rumah dan menemukan orang masih suka ngerokok seenaknya.
ReplyDeleteAyah ku juga merokok lid, kadang di dalam rumah juga akhirnya dimarahin cucu juga hihi dan akhirnya ngalah merokok di teras 😊
ReplyDeletesuka gemes emang yang sama suka ngerokok ya. papih lumayan dah mbak ga ngeroko lagi kecuali pengen banget tapi ttp aja dia kudu jauh2 ngerokoknya. pasif lebih bahaya
ReplyDeleteSalah satu yang bisa mensukseskan kampanye anti rokok itu kalo melibatkan komunitas mbLid. Dulu aku dan Emak school pernah bikin program bagi2 stiker sama pak dukuh. Dipasang di setiap rumah. Ada tulisan " Dilarang merokok di rumah ini ada balita dan lansia.
ReplyDeleteAlhmdulillah di rumahku sudah bebas asap rokok... paling kalo pas ada tamu perokok aja baru ada asap. Jadi anak2 pun sensitif sama asap rokok karena sudah terbiasa tanpa asap rokok
ReplyDeleteIya nih gemes banget deh ya dengan mereka yang masih terus saja merokok tanpa memperhatikan kesehatan. Padahal dalam keadaan pandemi ini kita semua butuh untuk menjaga daya tahan tubuh ya, ga usah lah badan dimasuki asap rokok gitu.
ReplyDeletesejak dulu enggak suka orang merokok, sedih aja apalagi kalau ada bayi hiks... semoga semakin banyak orang berhenti merokok dan mentaati perintah untuk tidak bebas merokok di tempat umum
ReplyDeletemerokok tuh membahayakan orang lain, gak cm diri sendiri. perokok aktif banyak yg gak sadar, atau pura2 gak tahu akan hal ini. alhamdulillah sejak pandemi ini ayahbsaya jg berhenti merokok
ReplyDeleteDi masa Covid 19 ini para perokok harusnya lebih sadar diri untuk mengurangi bahkan menghentikan aktifitas merokoknya karena tentu lebih beresiko.
ReplyDeleteHanya merokok aja uda ngeselin, sekarang makin serem lagi kalau ada si Covid.
ReplyDeleteSemoga para perokok ini segera sadar dengan berbagai cara.
Dulu saya merokok, setelah berhenti, saya tahu betapa beda rasanya setelah berhenti merokok, rasanya lebih lega.
ReplyDeleteAku paling sebel kalo ada orang merokok deket aq ,terus aq pura2 batuk tetap aja ngerokok terus
ReplyDeleteSuka sebel sama yang ngerokok, aturan asapnya ditelen aja sendiri kali yah jangan dihembuskan lagi huhuh
ReplyDeleteHeran juga sama perokok ini, kekeuh banget mempertahankan kebiasaan. Entah ga ngerti apa gimana ya Mba. Apalagi dengan adanya pandemi ini, apa ga double2 mereka potensinya
ReplyDeletestop merokok setuju Mba, ada pandemi gini seharusnya buat semua orang sadar banget pentingnya kesehatan ya Mba
ReplyDeletesalam silaturahmi Mba, baru blogwalking ke sini
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf semua komentar di moderasi ya